Boneka

Menata Puzzle Mimpi
Puput Puji Lesteri

Hari-hari yang kujalani saat ini, seolah aku sedang menata kepingan mimpi lamaku yang berserakan sekian lama. Kupunguti satu persatu. Tuhan benar bahwa semua doa akan dikabulkanNYA. Dan begitulah dengan hidupku, doa yang kuwujud dalam mimpi itu hadir semuanya saat ini. Maka, kususunkan pula mimpi untuk masa yang akan datang sambil kuambil kepingan-kepingan yang ada saat ini. Sekarang tinggal menunggu saat kepingan puzzle masa depan itu terlihat.
Simpel memang, sebuah boneka. Aku masih ingat dulu, sewaktu kuliah di kamar kos temanku, Rully Andalasari, ada sebuah boneka yang kecil lucu. Bukan bentuknya yang istimewa tapi bahannnya. Di dalam binoneka itu ada lingkaran-lingkaran kecil seperti gotri, jika disentuh gotri itu akan berhamburan keruang yang lain di tubuh boneka itu. Memang aku adalah pecinta boneka. Gaji pertamaku di Jawa Pos aku belikan boneka besar untuk teman tidurku.
Aku tak teringat akan mimpiku boneka kecil lucu itu saat aku membeli boneka besar tersebut. Kemarin, saat liputan, ada gift yang berisi empat boneka di dalamnya. Aku buka dengan persaaan biasa, tapi begitu kusentuh boneka terkecil dari empat boneka itu hatiku bergetar. Kupeluk erat  boneka itu, seraya besyukur, Tuhan aku kembali menemukan kepingan puzzle mimpi lamaku. Ya, boneka itu berbahan lingkaran mirip gotri yang dulu pernah kuimpikan.
Satu lagi mimpi yang lama yang kutemukan minggu ini. Di Semarang, pameran komputer selalu diadakan di Java Mall. Dulu aku selalu datang untuk melihat pameran itu. Tidak pernah absen melihat kecangggihan komputer terbaru. Sambil melihat laptop mana yang mungkin bisa kubeli suatu hari nanti (Kalau aku sudah punya uang yang cukup, pikirku waktu itu). Ternyata hingga kutinggalkan Semarang 2006 lalu, aku tak juga bisa mendapatkan laptop dari pameran itu. Kusimpan di sisi hati yang dalam.
Sebenarnya aku sudah membeli lap top setahun yang lalu tapi bukan di pameran komputer. Laptop itu lebih banyak dipakai kuliah oleh kakakku. Rabu (11/6), aku dan kakakku, pergi ke pameran komputer untuk membeli laptop baru. Karena kakakku membutuhkan laptopku untuk kuliah, maka ketika beasiswanya turun aku dibelikan laptop baru.  Sampai di tempat parkir aku masih belum teringat mimpi lama yang dulu kusimpan itu. Pameran yang kukunjungi dilakukan serentak di Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, dan Surabaya. Di Surabaya, di tengah suasana pameran yang ramai dan hiruk pikuk orang melihat barang-barang baru, aku menemukan kepingan puzzle hidupku. Hatiku bergetar……. Tulisan ini kutulis dengan laptop baru yang merupakan kepingan mimpi itu.
Seperti cara aku menemukan kepingan mimpi boneka itu, mimpi-mimpiku datang menjelma dengan cara yang tidak pernah aku duga. Begitu juga saat membeli laptop di pameran komputer. Kau percaya pada mimpi kawan? Mimpi bukan sekedar bunga tidur, mimpi yang kususun adalah doa yang kuucap dengan lisan, kutanam dalam hati, dan kutemukan dengan cara-cara yang mengejutkan. Semuanya mimpi itu kawan, pasti akan datang!
Mimpi akan terasa sangat menyakitkan ketika kau merasa tak bisa mencapainya. Mimpi-mimpi yang kau bangun akan selalu membayang-bayangi hidupmu. Begitu sakit hingga tak semua orang berani berminpi. Karena tidak semua orang siap didera sakitnya perasaan hati atas resiko tidak tercapainya mimpi. Kesakitan yang dalam, merajam ketika usia beranjak tua. Seolah belati yang selalu diasah dengan dalam hati. Semakin lama mimpi terpendam dalam hati, semakin tajam pisau belati itu terasah. Semakin sakit saat menghujam ke dalam dada.
Tapi mimpi juga memberi keberanian, mimpi menjanjikan masa depan. Mimpi akan mengantar manusia menjadi orang yang berbeda dengan orang lain. Mimpi pula yang membangun manusia menjadi bangunan penuh rasa, semangat, dan emosi yang kian lama kian kokoh. Mimpi menjadi kemudi masa depan. Padanya harapan tertumpu, padanya pula hidup seseorang kan menuju.
Mimpiku pada penjelajahan bumi, mimpiku pada anak-anak yang riang membaca di perpusatakaanku yang rindang, mimpi tentang kerinduan membawa orangtuaku untuk pulang ke rumah Illahi, mimpiku atas keluarga yang kubangun sendiri, dan mimpi-mimpi lain. Mereka mengejarku, mengejar dari hari ke hari. Aku tak bisa berhenti, tak bisa kuhentikan mimpi, tak jua bisa kuhindari elegi. Sakit yang merajam hatiku di tengah malam karena terpikirkan saat aku menunggu hari terwujudnya mimpi itu datang, terkadang mumunculkan lelah yang membuatku putus asa, hingga berharap aku tidak pernah bermimpi.
Dan cemooh orang di sekitarku membuatku semakin gelisah dengan mimpi-mimpi yang tidak juga kutemui. Mendorongku untuk melepas mimpi, yang kugenggam sejak lama dulu. Tapi hatiku selalu meneguhkan, masa depan adalah kepingan puzzle dari mimpi masa lalu. Jika kau tak bermimpi hari ini, maka takkan ada kepingan puzzle yang bisa kau temukan kelak. Hiduplah untuk mimpi!

About Ken dan Bening

keluarga pembelajar

Posted on Juni 17, 2008, in Opini. Bookmark the permalink. 4 Komentar.

  1. bukan begitu kus, maksud ku bukan semua mimpi2 ku sudah terwujud. mimpi itu tidak pernah habis. sampai sekarang masih banyak mimpi yang membayangiku. karena seriap hari aku mebuat mimpi, yang menjadi kompas untuk masa depanku.
    kapan ketemu? segera ketika aku merid. (kalau dah ada jodohnya, he he he) aku mau bikin diskusi seperti yang dulu kita impikan.

  2. Pembetulan.
    maaf revisi,,di atas tertulis Era et Labora…Yang benar Ora et Labora,,,terima kasih.

  3. Luar biasa dirimu menafsirkan mimpi. sungguh filosofis…asal- mimpi bukan sebagai kata benda. tapi sebagai kata kerja.

  4. Put,,,ceritanya satu per satu mimpimu sudah terwujud nieh…selamat deh. By the way kpn kita bisa ktm lagi.

Tinggalkan Balasan ke kustiah Batalkan balasan